Mie Lethek Margo Mulyo Cap Busur Panah

18 Desember 2018 08:58:42 WIB

Mie Lethek adalah salah satu kuliner khas dari Bantul, Yogyakarta dengan tepung tapioka sebagai bahan dasarnya. Mie ini berwarna kusam kecokelatan, karena itulah produk ini dinamakan mie lethek. Meski dengan tampilan yang demikian, makanan ini dipastikan bebas dari bahan pengawet dan bahan kimia berbahaya karna proses produksinya yang masih tradisional dan belum menggunakan sentuhan mesin sama sekali. Ada beberapa pabrik kecil yang memproduksi mie lethek di Daerah Bantul. Salah satunya adalah Mie Lethek cap Busur panah yang terletak di Dusun Nengahan, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Usaha ini awalnya berdiri sejak tahun 1940-an, awalnya pendiri usaha ini adalah paman dari Pak Yanto. Hingga saat ini, usaha mie lethek sudah memasuki beberapa generasi. Usaha ini sempat fakum karena tidak adanya penerusnya. Namun bangkit lagi di tahun 2000-an, produksinya dilanjutkan oleh Pak Yanto dengan brand baru, yaitu “Busur Panah”. Arti dari nama “Busur Panah” ini adalah karna pesaing-pesaing usaha mie lethek lain semua usahanya memakai nama burung dan pak yanto mempunyai ide untuk memberi nama usaha mie letheknya dengan busur panah karena seperti yang kita tau busur panah adalah alat tradisional untuk memburu burung.

Usaha ini mempekerjakan 30 orang pekerja yang berasal dari Desa Trimurti. 30 pekerja tersebut bekerja dengan sistem shift. Sistem yang digunakan adalah 3 shift dan beroprasi selama 24 jam. Uniknya, selain mempekerjakan warga setempat, home industry Mie Lethek ini juga mempekerjakan sapi. Proses produksinya masih dengan cara yang sangat tradisional. Alat yang digunakan untuk menggiling adonan mie-nya pun masih sangat tradisional, berupa batu berbentuk lingkaran yang beratnya kira-kira mencapai satu ton. Sapi tersebut bertugas untuk menggiling adonan dengan cara berputar melingkar ke satu arah.

Selain proses slender atau menggiling adonan yang memanfaatkan tenaga sapi, masih ada beberapa proses lain yang pengerjaaanya dilakukan oleh manusia. Proses tersebut antara lain ngepress, ngelangseng, ngedang. Proses selanjutnya yaitu penjemuran, yang memanfaatkan panas matahari selama sehari. Ini merupakan proses yang paling lama, karena membutuhkan waktu sehari penuh di cuaca yang cerah agar bisa kering maksimal.

Hal inilah yang paling menjadi kendala, sebab ketika tiba saatnya rendeng (musim hujan), proses pengeringan yang seharusnya hanya memakan waktu selama sehari,bisa molor menjadi dua sampai tiga hari. Sudah dilakukan berbagai cara dilakukan oleh sang pemilik usaha yaitu menggunakan mesin oven untuk proses pengeringannya, namun cara ini dianggap kurang efektif  karena mie yang dikeringkan menggunakan oven menjadi sangat kering dan rapuh. Dan hingga saat ini Beliau belum mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selain masalah pengeringan,musim hujan juga menambah biaya pengeluaran untuk membayar tenaga kerja karna pekerjaan yang biasanya bisa dilakukan dalam sehari, karna musim hujan proses pengeringan memakan waktu menjadi 3 hari. Masih ada proses terakhir setelah proses pengeringan tersebut, yaitu packing (pengepakan).  Mie Letehek dijual dalam jumlah besar, dibagi kedalam kemasan lima kiloan dengan harga Rp 80.000 per lima kilo jika dibeli langsung dari pabriknya. Dalam sehari, rumah produksi mie lethek Busur Panah biasanya melakukan tiga kali produksi, dengan kuantitas sebesar 3 kwintal bahan mentah per sekali produksi.

Salah satu keunggulan dari Mie Lethek cap Busur Panah dibandingkan dengan mie lethek yang lain yaitu rasa dan tekstur mienya yang lebih kenyal dan tidak pernah mengurangi kualitas bahan meskipun setiap tahunnya harga bahan baku mie lethek naik.

Saat ini, mie lethek sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Jogja dan sekitarnya. Bahkan beberapa pelanggan setia mie lethek busur panah juga datang jauh dari luar kota seperti, Klaten,Solo, Boyolali dan sebagainya. (sandi)

Komentar atas Mie Lethek Margo Mulyo Cap Busur Panah

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License