Kalurahan Trimurti

Kegiatan ruahan merupakan tradisi yang masih dijaga oleh masyarakat desa sebagai bentuk kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur. Ruahan biasanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadan sebagai momen untuk mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia serta mempererat tali silaturahmi antarwarga desa. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang persiapan menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh kebersamaan dan keikhlasan.
Tujuan utama dari kegiatan ruahan adalah mendoakan leluhur, di mana masyarakat berkumpul untuk mengirimkan doa kepada keluarga dan kerabat yang telah tiada. Selain itu, ruahan juga mempererat hubungan sosial antarwarga dengan berkumpul, berbagi cerita, dan menjalin kebersamaan. Tradisi ini diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat desa yang terus dipertahankan. Selain aspek spiritual dan sosial, ruahan juga menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk saling memaafkan dan menyiapkan hati dalam menyambut Ramadan.
Sebelum kegiatan berlangsung, berbagai persiapan dilakukan agar acara berjalan dengan lancar. Waktu dan tempat biasanya ditentukan bersama, dengan lokasi yang sering dipilih adalah rumah warga, masjid, atau balai desa. Warga juga bergotong royong menyiapkan konsumsi, seperti nasi tumpeng, bubur merah putih, serta aneka kue tradisional. Selain itu, tokoh agama atau pemuka masyarakat diundang untuk memimpin doa dan memberikan tausiyah. Susunan acara pun disiapkan, mencakup pembacaan doa, tahlilan, ceramah, dan ditutup dengan makan bersama.
Secara keseluruhan, kegiatan ruahan di desa merupakan tradisi yang kaya akan nilai sosial dan spiritual. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, ruahan juga memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan antarwarga. Dengan tetap melestarikan tradisi ini, nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan akan terus terjaga dalam kehidupan masyarakat.